Orang Tua dan Pemimpin
Alih-alih menggunakan istilah “anggota tim”, saya sengaja menggunakan istilah “anak buah” untuk menyebut mereka yang kita pimpin. Kenapa? Karena ada kemiripan antara “pemimpin” dan “orang tua”. Namun dalam kenyataannya, banyak pemimpin yang tidak menyadarinya. Mari kita cermati, masing-masing persamaannya.
Orang tua dan pemimpin itu tidak ada sekolahnya
Kita mungkin pernah ikut training atau seminar tentang ilmu parenting. Berapa lama? Paling lama satu minggu. Jadi peran orang tua hanya selama itu?
Sama halnya dengan kepemimpinan. Kita pernah mungkin ambil training, seminar, atau bahkan ikut program Pendidikan Kepemimpinan. Sekali lagi, berapa lama? Memang peran kita sebagai pemimpin waktunya sama dengan masa pendidikan?
Saya belum pernah mendengar ada sebuah perguruan tinggi yang nekat untuk membuka jurusan jadi orang tua dan pemimpin. Semuanya dipelajari sambil jalan (learning by doing). Penuh dengan darah dan air mata. Lebay sih. Tapi memang gak mudah jadi orang tua atau pemimpin yang hebat.
Karena tidak ada Pendidikan formalnya, maka ujiannya gak pernah ada ujian tertulis. Semuanya ujian praktek. Dan “kenyataan” cukup kejam untuk tidak memperkenankan kita untuk ikut ujian ulang.
Orang tua dan pemimpin memiliki strata (tingkatan)
Ada orang tua yang hebat, orang tua yang biasa-biasa saja, orang tua yang buruk, dan bahkan ada yang memiih untuk tidak mau menjadi orang tua.
Pemimpin juga memiliki strata. Ada pemimpin yang hebat, pemimpin yang biasa-biasa saja, pemimpin yang buruk dan ada orang yang memilih untuk tetap menjadi follower dibanding menjadi seorang pemimpin (leader).
Dan lagi-lagi, tidak ada Dewan Penguji yang menisbahkan kita untuk masuk ke tingkatan yang mana. Kita sendiri yang memilih untuk mau masuk ke tingkatan yang kita inginkan. Pastinya, kita akan menemukan “ujian” yang berbeda-beda pada setiap pilihan.
Orang tua dan pemimpin sama-sama memberikan dampak
Apa sih ukuran orang tua yang hebat? Menurut saya sih cukup sederhana. Apabila kualitas anak kita lebih baik dari kita sebagai orang tua. Kata “lebih baik” bisa mewakili apa saja. Misalnya; karir, kesejahteraan, pendidikan, perilaku, kebaikan, dan sebagainya.
Begitu pun dengan pemimpin. Pemimpin dapat dinilai sebagai pemimpin yang hebat apabila (sekali lagi, ini menurut saya juga) kualitas anak buahnya “lebih baik” dari dirinya dalam segi karir, kompetensi, perilaku dan faktor-faktor lainnya.
Memberikan kita kedudukan yang lebih baik di mata Sang Pencipta
Percaya sama saya, usaha kita sebagai orang tua akan dikenang maksimal sampai anak kita selesai Sekolah Menengah Atas. Ketika anak-anak kita masih SD, SMP atau SMA, dan mereka meraih prestasi tertentu, peran kita pasti akan disebut-sebut, “pinter ya, anak Bu Bambang”. Tapi itu tidak akan terjadi setelah mereka berprestasi ketika di Perguruan Tinggi.
Sebagai pemimpin malah lebih parah! Kalau anak buah kita punya prestasi, kita kadang mendapat pujian juga. Ingat ya, “kadang”. Kadang dipuji, kadang didiemin aja. Tapi, kalo anak buah tidak perform, pastilah kita yang dimaki-maki. Belum lagi apabila anak buah kita posisinya sudah melampaui kita. Perlahan tapi pasti nama kita tidak akan terdengar lagi sebagai orang yang pernah berkontribusi terhadap pengembangan diri mereka. Bahkan, ada yang nekat mem-bully kita.
Tapi percayalah, nama kita (baik sebagai orang tua maupun pemimpin) tidak akan luput dari pencatatan dan pengamatan Sang Pencipta. Mudah-mudahan menjadi bekal bagi kehidupan kita saat ini maupun di kemudian nanti.
Arya Erlangga
Facilitator, Dunamis Organization Services