Mempengaruhi Anggota Tim dengan Tupihaji
Selain mencapai target, salah satu harapan pemimpin di organisasi adalah: ia ingin agar tim yang berada di bawah koordinasinya proaktif, timnya tidak ngeyelan, timnya mau mendengarkan, timnya mau terbuka jika ada masalah, timnya semangat buat kasih ide dan hal-hal positif lainnya. Namun untuk menciptakan hal tersebut bukan hal yang mudah. Terutama bagi first-line leader yang baru saja diberikan kepercayaan untuk memegang tim.
Ketika saya memfasilitasi kelas, saya menemukan ada beberapa dari peserta (pemimpin) yang mengatakan mereka juga mengalami hal yang sama. Mereka sampai menggunakan ancaman dan otoritas agar timnya bergerak. Mereka tahu itu salah tapi mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jika begini terus, si pemimpin bakal capek sendiri.
Berangkat dari sini, ada dua hal yang dapat dilakukan pemimpin. Pertama, tanya ke diri sendiri, “Jangan-jangan ada kontribusi saya sehingga mereka begini?”. Kedua, “Jadi apa yang harus saya lakukan?”
Yuk kita bahas.
Dalam menggerakkan anggota tim, pemimpin perlu menyadari bahwa ia sedang memotivasi ‘manusia’, bukan memotivasi ‘mesin’. Mesin tidak punya hati dan perasaan – manusia punya. Jika terus menerus memotivasi manusia dengan menggunakan otoritas, maka bisa berujung pahit (mis: timnya resign). Apalagi pemimpin perlu paham kutipan berikut: ‘kalau ada isu kinerja di tim, bisa jadi ada isu kepemimpinan di atasan’.
Jadi sebaiknya pendekatan yang dipilih adalah pendekatan dari manusia ke manusia. Memanusiakan manusia. Lagipula kalau mau pakai metode ‘industrial era’ (ancaman dan otoritas), sekarang sudah bukan zamannya lagi.
EMPAT PARADIGMA MANUSIA SEUTUHNYA
Para pekerja kekinian (knowledge workers) yang kebanyakan Gen-Z, dapat dipengaruhi jika mereka merasa dihargai. Jika saja empat unsur di bawah ini berhasil disentuh leader, tim akan mengeluarkan motivasi, bakat dan kejeniusannya. Mereka akan melejit bak roket, bahkan melebihi perkiraan atasannya. Mereka akan bergerak secara sukarela – bekerja ‘extra mile’ memberikan kontribusi terbaik.
Empat unsur ini dikenal dengan tupihaji (the whole person paradigm – empat paradigma manusia seutuhnya). Merupakan kependekan dari: tubuh-pikiran-hati-jiwa. Leader perlu tahu empat hal ini. Mari kita lihat satu persatu :
Sumber gambar: Pinterest
KEPERCAYAAN MENINGKAT
Jika pemimpin dapat menerapkan tupihaji ini secara konsisten dengan usaha yang pantang menyerah, tim akan merasa ‘dimanusiakan’. Kehadiran mereka sebagai knowledge worker dihargai. Kepercayaan meningkat. Hubungan interpersonal antara pemimpin dan tim menjadi lebih erat. Anggota tim pun pada akhirnya akan proaktif, tidak ngeyelan dan mau terbuka jika ada masalah. Mereka mau mengeluarkan potensi terhebat mereka yang akan membuat dirinya dan timnya menjadi luar biasa.
Yudhea Wattimena
Facilitator, Dunamis Organization Services