Meningkatkan Kinerja Tim Dengan Menjadi Pemimpin Yang Dicintai
Article
“Terima kasih, Pak. Saya baru sadar, kalau ternyata memimpin itu ada ilmunya.”
Demikian kalimat itu meluncur dari seorang penyelia sebuah bank yang telah memegang jabatan beberapa tahun lamanya. Sebut saja namanya Faris. Berbekal pengalaman sebagai kontributor individual dan mungkin tanpa sadar mengadopsi gaya kepemimpinan para atasan yang pernah memimpinnya, ia menjalankan tugasnya selama ini.
Efektif? Bisa jadi. Namun sore itu, kalimat di atas terucap dalam Reconnect Session terakhir program pengembangan kepemimpinan menggunakan framework 6 Critical Practices for Leading a Team. Sebuah ungkapan yang jelas lahir dari kesadaran akibat belajar dengan mempraktikkan.
Ya, program kepemimpinan yang diikuti oleh Faris memang terkesan mengajarkan hal-hal yang sederhana. Namun tim Corporate University di perusahaannya mengatakan saat pertama kali berdiskusi dengan Dunamis, “Rekan-rekan penyelia ini naik karena kinerja yang baik. Mereka belajar dari pengalaman. Namun jumlah mereka yang demikian banyak dan tersebar membuat program pengembangan yang standar belum pernah dilakukan secara merata.” . . .